Selasa, 26 April 2011


Alat KB Minim, Kesehatan Reproduksi Terancam


Jakarta, Kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain menjaga pola hidup sehat, pemakaian alat kontrasepsi pun memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan reproduksi seperti mencegah penularan penyakit kelamin serta menurunkan angka kematian ibu.

Sayangnya kebutuhan alat kontrasepsi di Indonesia tidak bisa menjangkau semua lapisan masyarakat. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan Yayasan Mitra Inti kebutuhan alat reproduksi di masyarakat yang tersedia saat ini hanya 9,1%.

Masyarakat terutama warga kurang mampu jarang yang menyediakan anggaran khusus untuk belanja alat kontrasepsi. Alhasil, minimnya penggunaan alat kontrasepsi pun membuat angka kelahiran yang terus tinggi tanpa disertai peningkatan gizi ibu hamil.

"Jika kehamilan itu tidak diinginkan akan memicu meningkatnya angka kematian ibu karena banyak yang melakukan aborsi," kata Laily Hanifah, SKM, MKes dalam acara ’Refleksi 10 Tahun Yayasan Mitra Inti’ di Warung Daun, Jakarta, Kamis (3/9/2009).

Kesehatan reproduksi merupakan hal yang penting bagi siapapun dalam pembentukan kualitas seseorang selama siklus hidupnya. Jika kesehatan reproduksinya bagus maka akan menghasilkan generasi yang bagus pula, tapi jika kesehatan reproduksinya buruk maka nantinya akan menghasilkan generasi yang kurang berkualitas.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat sejahtera fisik, mental dan sosial. Bukan hanya sekedar tidak adanya
penyakit atau kelainan pada sistem reproduksi, fungsi maupun proses reproduksi itu sendiri. Konsepnya adalah bagaimana menghasilkan manusia yang sehat sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

”Diantara 8 tujuan dari MDGs tersebut yang meliputi target di bidang kesehatan reproduksi yaitu mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, meningkatkan kesehatan ibu dan memerangi HIV-AIDS, serta
penyakit lainya,” ujar.

Bahkan salah satu ukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu Negara ditunjukkan dengan angka harapan hidup yang mencakup komponen kesehatan. Saat ini Indonesia berada di urutan ke 170 dari 177 negara di dunia. Indikator IPM juga sejalan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) yang telah dicanangkan sejak tahun 2000 lalu.

Kebutuhan alat kontrasepsi yang tidak terpenuhi bisa memicu meningkatnya angka kematian ibu. Karena akan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga memicu terjadinya aborsi yang tidak aman.

"Dampak dari aborsi yang tidak aman ini cukup besar, karena memberikan kontribusi sebesar 50 persen dalam jumlah angka kematian ibu akibat pendarahan dan infeksi," ujar Laily yang merupakan Direktur Yayasan Mitra Inti.

Di Indonesia aborsi masih menjadi kontroversi, sehingga banyak tempat-tempat yang menyediakan jasa aborsi ilegal atau tidak aman. Hal ini bisa merugikan ibu yang hamil tersebut. Selain bisa menyebabkan kematian pada ibu, aborsi ilegal ini cenderung tidak menggunakan alat yang steril sehingga kemungkinan untuk tertular
penyakit kelamin atau infeksi lainnya sangat besar. Akibatnya bisa merusak kesehatan reproduksi ibu tersebut.

Saat ini kebutuhan alat kontrasepsi masih belum terpenuhi dengan baik, karena itu masih banyak terjadi aborsi di masyarakat. Sebaiknya masyarakat juga tahu bahwa alat kontrasepsi bukan hanya berfungsi mencegah kehamilan, tapi juga bisa menjaga kesehatan reproduksi seseorang dari berbagai macam penyakit
http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=986&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a9f2d374
menular yang bisa merusak sistem reproduksi.

Untuk bisa mengurangi angka kematian bayi maka berhubungan dengan meningkatkan kesehatan ibu, caranya dengan menurunkan angka kematian ibu sebesar 75 persen. Angka kematian ibu bisa terjadi karena penyebab
http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=986&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a9f2d374
langsung seperti pendarahan, infeksi dan keracunan kehamilan serta penyebab tidak langsung yaitu apa yang menyebabkan terjadi penyebab langsung tersebut.

”Penyebab tidak langsung ini yang justru harus diwaspadai agar bisa menurunkan angka kematian ibu,” ujar Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, MSc sebagai Dewan Pembina Yayasan Mitra Inti ini.

Yayasan Mitra Inti mencatat ada beberapa masalah yang menyebabkan angka kematian ibu tinggi yaitu:
1.    Terlambat mengenali gejala atau gangguan pada kehamilan.
2.   Terlambat mengambil keputusan untuk pergi ke puskesmas.
3.   Terhambat di perjalanan dari rumah menuju rumah sakit.
4.   Kurangnya gizi selama kehamilan.

Peran masyarakat, swasta dan pemerintah penting dalam penanganan masalah-masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas, sehingga masyarakat di daerah manapun bisa menjaga kesehatan reproduksinya dengan baik dan kebutuhan akan alat kontrasepsi terpenuhi bagi siapapun.

Jika memiliki kesehatan reproduksi yang baik, maka akan dihasilkan generasi penerus bangsa yang lebih sehat dan bisa memajukan Indonesia. Serta gunakan alat kontrasepsi dengan benar, sehingga bisa melindungi kesehatan reproduksi Anda.

Waspadai Seks Bebas di Kalangan Remaja


  
      Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius. Mungkinkah karena longgarnya control mereka pada mereka? Berikut ini laporan wartawan Majalah Gemari Haris Fadillah dari “Kota Pelajar” Yogyakarta dan Kota Jakarta.
Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi duapuluh persen pada tahun 2000.
Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen.
“sementara penelitian yang saya lakukan pada tahun 1999 lalu terhadap pasien yang datang ke Klinik Pasutri, tercatat sekitar 18 persen remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah,” kata pemilik Klinik Pasutri ini.
Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara.
Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak di inginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak di inginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki.
Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat.
Selain itu, seks pranikah akan meningkatkan kasus penyakit menular seksual, seperti sipilis, GO (ghonorhoe), hingga HIV/AIDS. Androlog Anita Gunawan mengatakan, kasus GO paling banyak terjadi. Penderita bisa saja tidak mengalami keluhan. Tapi, hal itu justru semakin meningkatkan penyebaran penyakit tersebut.
Anita menggolongkan penyakit GO tersebut ke dalam subklinis, kronis dan akut. Subklinis dan kronis, kata anita, tidak menimbulkan gejala serta keluhan pada penderita. Sedangkan GO akut akan menampakan gejala, seperti sulit buang air kecil atau sakit pada ujung kemaluan. “Pada pria biasanya menampakan gejala. Berbeda dengan wanita, seringkali tidak menampakan gejala yang jelas. Paling-paling hanya timbul keputihan atau anyang-anyang,” ujarnya.
Bagaimana dengan GO yang sudah parah? Dr Boyke Dian Nugraha menjelaskan, untuk GO yang sudah parah dapat menyebabkan hilangnya kesuburan, baik pada pria maupun wanita. Saluran sperma atau indung telur menjadi tersumbat oleh kuman GO.
Disisi lain, Boyke menambahkan, perilaku seks bebas ini bisa berlanjut hingga menginjak perkawinan. Tercatat sekitar 90 dari 121 masalah seks yang masuk ke Klinik Pasutri (pasangan suami istri)pada tahun 2000 lalu, dialami orang-orang yang pernah melakukan hubungan pranikah (pre marital).
“Masalah seks dengan pasangannya justru dijadikan legistimasi untuk melakukan seks bebas. Bahkan, saat ini, seks bebas sudah menjadi bagian dari budaya bisnis,” cetusnya. Factor yang melatarbelakangi hal ini, ujar Boyke, antara lain disebabkan berkurangnya pemahaman nilai-nilai agama. Selain itu, juga disebabkan belum adanya pendidikan seks secara formal di sekolah-sekolah. Selain itu, juga maraknya penyebaran gambar serta VCD porno.
Banyak remaja terjebak
Lalu bagaimana dengan remaja di “Kota Pelajar” Yogyakarta? Berdasarkan survey Pusat Studi Wanita Universitas Islam Indonesia (PSW-UII) Yogyakarta, jumlah remaja yang mengalami masalah kehidupan seks terutama di Yogyakarta terus bertambah, akibat pola hidup seks bebas. Mengapa demikian? “karena pada kenyataannya pengaruh gaya seks bebas yang mereka terima jauh lebih kuat dari pada control yang mereka terima maupun pembinaan secara keagamaan,” kata Kepala PSW-UII Dra Trias Setiawati, Msi.
Saat ini, jumlah pelajar di Kota Yogyakarta sebanyak 121.000 orang, atau sekitar 25 persen dari penduduk kota yang terkenal sebagai Kota pelajar yang sebanyak 490.000. Ini, tentunya mendorong makin suburnya bisnis rumah kos di kota ini. Sementara tingkat pengawasan dari pemilik kos di kota ini. Sementara tingkat pengawasan dari pemilik kos maupun pihak orang tua, kata Trias Setiawati, semakin longgar. Sehingga, makin banyak remaja yang terjebak ke dalam pola seks bebas karena berbagai pengaruh yang mereka terima baik dari teman, internet, dan pengaruh lingkungan secara umum.
“Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas, kalau terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat,” dalihnya.
Salah satu upaya untuk menanggulangi maraknya seks bebas di kalangan remaja, khususnya penghuni kos, selain perlu dilakukan pengawasan yang ketat dan intensif dari pemilik kos secara proporsional, juga meningkatkan kesadaran dari orang tua untuk memilihkan tempat kos bagi anak-anaknya yang layak dan aman. “Selain itu, tentu membekali putra-putrinya dengan benteng ajaran agama yang kokoh,” ujar Trias saat ditemui di Yogyakarta, belum lama ini.
Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Maraknya seks bebas di kalangan remaja membuat banyak pihak sangat prihatin. Salah satunya adalah Ketua Yayasan Sayap Ibu Daerah Istimewa Yogyakarta Ny Hj Ciptaningsih Utaryo. Pasalnya, kata dia, hal itu akan menimbulkan masalah baru bukan hanya bagi wanita remaja itu sendiri, tapi juga pada anak-anak yang akan dilahirkan. Terlebih anak yang lahir tersebut merupakan anak yang dikehendaki, sehingga ada kecenderungan akan ditelantarkan orang tua.
Ditambahkannya, munculnya perilaku seks bebas di kalangan remaja yang marak belakangan ini tidak terlepas dari pengaruh era globalisasi, serta berkaitan erat dengan pengaruh Napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) atau di Daerah Istimewa Yogyakarta di sebut madat.
Sebagai Yayasan yang perduli dengan anak-anak terlantar, Yayasan Sayap Ibu (YSI) berupaya untuk mengatasi permasalahan anak-anak yang ditelantarkan orangtuannya, yang hingga kini jumlahnya demikian besar. Di Yayasan Sayap Ibu Daerah Istimewa Yogyakarta saja saat ini tercatat sekitar 500 orang anak lebih yang dirawat dan belum mendapatkan orang tua angkat. Bila digabung dengan lain jumlahnya akan mencapai ribuan orang.
Di antara mereka yang dirawat bukan hanya fisiknya yang normal, tapi ada juga diantaranya yang mengalami kecacatan akibat aborsi yang gagal dilakukan orang tuannya. “Karena biasanya orang tua yang hamil di luar nikah akan cenderung mencari jalan pintas untuk menutupi aib yang dideritannya. Padahal , cara ini selain tidak berprikemanusiaan, juga akan menyebabkan beban ganda pada anak-anak yang gagal di aborsi,” dalih Ciptaningsih.
Untuk menghindari tindakan aborsi illegal yang dilakukan ibu-ibu yang tidak menginginkan kehamilan, Yayasan Sayap Ibu selain menampung anak-anak yang ditelantarkan orang tuanya, juga mempunyai program merawat ibu-ibu muda yang hamil akibat seks bebas atau kehamilan tidak dikehendaki sampai anak tersebut lahir dengan selamat.
“Upaya yang dilakukan Yayasan Sayap Ibu ini bukannya justru memberikan peluang kepada anak-anak remaja untuk melakukan seks bebas, tapi semata untuk menolong nyawa ribuan generasi muda dari perbuatan tidak berkemanusiaan. Aborsi illegal bukan hanya berbahaya bagi janin, tapi juga nyawa ibu muda itu sendiri. Karena setiap janin berdasarkan kontroversi Hak Anak Internasional perlu dijaga kelangsungan hidupnya,” tungkasnya.
Ciptaningsih menegaskan, saat ini untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas -terutama di kalangan remaja- bukan hanya membentengi diri mereka dengan unsure agama yang kuat, juga dibentengi dengan pendampingan orang tua Dan selektivitas dalam memilih teman-teman. Karena ada kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman dekatnya ketimbang dengan orang tua sendiri.
Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. “Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas,” imbau Ciptaningsih. (bkkbn)


Wanita Perlu Pahami Kesehatan Reproduksi




        Masalah kesehatan reproduksi perlu mendapat sosialiasi yang luas agar para calon ibu mengetahui persoalan reproduksi yang akan dialaminya berikut mendapatkan jalan keluar dari persoalan tersebut. "Tanpa mengenal organ kesehatan reproduksi dengan baik maka dikhawatirkan para calon ibu buta sama sekali dan akhirnya bisa berakibat pada keharmonisan hubungan suami isteri," kata Kepala BKKBN Provinsi Bengkulu, Hilaluddin Nasir di Bengkulu.
      Dia mengatakan, kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang baik, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, tetapi juga sehat dari aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
     Masalah kesehatan reproduksi, katanya, terkait dengan terganggunya sistem, fungsi dan proses alat reproduksi, yang dapat berakibat pada keharmonisan hubungan suami-isteri bahkan dapat mengganggu kelancaran proses kehamilan dan persalinan.
      Untuk itu dia berharap, setiap pasangan suami-isteri disarankan untuk memeriksa dan merawat organ kesehatan reproduksi masing-masing agar tetap sehat dan berfungsi dengan baik dan normal. Usia ideal perkawinan untuk laki-laki minimal 25 tahun dan perempuan minimal 21 tahun. "Usia 25 tahun bagi laki-laki sudah dianggap matang dari segi emosi, ekonomi dan sosial," katanya.
     Begitupun usia 21 tahun sudah dianggap matang bagi perempuan dari segi emosi, kepribadian dan sosialnya. Khusus untuk perempuan menurutnya, usia kurang dari 21 tahun, rahim dan pinggulnya belum berkembang dengan baik, sehingga kemungkinan terjadi kesulitan dalam persalinan.
     Dikatakan, kehamilan yang sehat, suatu kondisi sehat fisik dan mental ibu dan janin yang dikandungnya. Kehamilan yang sehat dicirikan oleh cukup bulan (matur) sekitar 38 sampai 40 minggu (280 hari). "Berat badan ibu idealnya meningkat 0,5 kg perminggu atau 6,5 sampai 16 kg selama masa kehamilan dengan disertai peningkatan berat badan janin yang sesuai dengan umur kehamilan," katanya.
     Mengenai tekanan darah tidak lebih dari 120/80 mm Hg. Untuk itu maka selama masa kehamilan perlu istirahat yang cukup, minum tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
     Menurutnya, perlu menghindari terlalu muda untuk hamil usia kurang dari 21 tahun. Terlalu tua untuk hamil usia lebih dari 35 tahun. Terlalu sering hamil beresiko tinggi dan terlalu rapat jarak kehamilan juga beresiko.


Selasa, 12 April 2011

STIKES BIGES POLEWALI MANDAR


STIKES BIGES POLEWALI MANDAR
DIII KEBIDANAN
Stikes biges…???yach inilah campus saya…!!! Campus ini kini tak asing lagi buatku. karena saya alumni SMK Biges kesehatan.Dikampus ini saya mengambil jurusan D3 kebidanan dan sekarang saya semester 2 Dan suami saya jurusan keperawatan semester 4.pada saat pertama kali ospek,kebetulan yang menjadi panitia ospek itu adalah suami saya.aku benar-benar malu banget soalnya panitia ospek tersebut ngrjain aku habis-habisan.nama aku dipanggil dan dsuruh naik didepan kelas ,sambil ditanya-tanya gitu dhe.wah..pokoknya aku malu banget dhe,apalagi semua mabah liatin aku.dan yang paling mengjengkelkan yang ngryain aku tuch suami aku sendiri. Heee…heee…heee…. Sial buanget dhe gue. Tapi klo dipikir2 sich,lucu juga yach saat ospek,semua mabah dikerjain habis-habisan.disuruh inilah,disuruh itulah…yach namanya juga mabah harus nurutin semua perintah dari senior.
 setelah beberapa hari aku mulai akrab dengan teman-teman yang lain.dan saya berada dikebidanan B.aku senang banget karena kebetulan dikelas B semua teman-temanku baik semua.hari demi hari kami lewati bersama.sukma,indra,agus,uppa,mira, dan kiki adalah teman terbaikku.kami selalu becanda bersama.aku sangat senang bisa berteman mereka karena mereka semuanya baik dan tidak egois. beberapa bulan kemudian diadakan seminar kesehatan dipangkep.dan reksiasi dibantimurung keb.maros.kami semua ikut kesana,who…perjalanan yang sangat menyenangkan buatku.  Yach inilah cerita singkat yang menarik buatku selama kuliah distikes biges.selain dosennya baik dan cantik-cakep .mahasiswanya juga cantik-cantik semua khususnya kebidanan B semester 2….!!!  heeee………….heeee………..heeee………….!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!